PERTENTANGAN SOSIAL dan INTEGRASI
MASYARAKAT
Makalah Ilmu Sosial Dasar
Oleh :
RADO HT
SIMARMATA ( 55412873 )
1IA13
PROGRAM STUDI ILMU SOSIAL DASAR
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012
PERTENTANGAN SOSIAL dan INTEGRASI
MASYARAKAT
A.
Pertentangan Sosial dan
Integrasi Masyarakat
Hidup
bermasyarakat yaitu sebuah hubungan antar individu-individu maupun antar
kelompok dan golongan yang terjadi dalam proses kehidupan. Hidup bermasyarakat
juga berarti kehidupan dinamis, dimana setiap anggota masyarakat salaing
berinteraksi. Hubungan antar individu ini pun diikat oleh ikatan yang berupa
norma serta nilai-nilai yang telah dibuat bersama para anggota. Norma dan
nilai-nilai inilah yang menjadi alat pengendali agar para anggota masyarakat
tidak terlepas dari rel ketentuan yang telah disepakati itu. Solidaritas,
toleransi dan tenggang rasa adalah bukti kuatnya ikatan itu. Sakit salah satu
anggota masyarakat akan dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Dari
hubungan seperti itulah lahir keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.
Pada
kenyataannya tidak semua masyarakat membentuk sebuah harmonisasi. Pada
kondisi-kondisi tertentu hubungan antara masyarakat diwarnai berbagai
persamaan. Namun sering juga didapati perbedaan-perbedaan, bahkan pertentangan
dalam masyarakat. Hal-hal seperti itulah yang menimbulkan perpecahan dalam
masyarakat. Salah satu contohnya adalah Pertentangan sosial dan integrita
masyarakat
Pertentang
sosial menurut saya adalah suatu konflik yang terjadi didalam suatu lingkungan
masyarakat. Dimana ada suatu kelompok yang tidak menyukai kelompok lain,
sehingga menimbulkan suatu perselisihan diantara mereka. Banyak sekali
pertentangan sosial yang terjadi di Dunia ini. Seperti contohnya perak Irak
yang kunjung selesai, dan kalau menusuri indonesia contohnya GAM (Gerakan Aceh
Merdeka), PT.freepot yang terjadi di Papua.
Adapun Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial:
1.
Rasa
Iri antara individu,negara, dan masyarakat
2. Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan
3. Banyak adu domba antara politik,agama,suku serta budaya
2. Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan
3. Banyak adu domba antara politik,agama,suku serta budaya
Integrasi Masyarakat
Integrasi
berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara
unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga
menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki keserasian fungsi.
Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Integrasi
memiliki 2 pengertian, yaitu :
Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam
suatu sistem sosial tertentu
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
Sedangkan
yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.
Suatu integrasi sosial di perlukan
agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa
tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Menurut
pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa
terintegrasi di atas dua landasan berikut :
Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya
konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang
nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar) Masyarakat
terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari
berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang
terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera
dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota
masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Penganut
konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena
adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi
sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan
tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata
sosial
A.
Faktor Internal :
Kesadaran diri sebagai makhluk
sosial
Tuntutan kebutuhan
Jiwa dan semangat gotong royong
Tuntutan kebutuhan
Jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
Tuntutan
perkembangan zaman
Persamaan kebudayaan
Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
Persaman visi, misi, dan tujuan
Sikap toleransi
Adanya kosensus nilai
Adanya tantangan dari luar
Persamaan kebudayaan
Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
Persaman visi, misi, dan tujuan
Sikap toleransi
Adanya kosensus nilai
Adanya tantangan dari luar
B. Perbedaan Kepentingan
Kepentingan merupakan dasar dari
timbulnya tingkah laku dari individu. Individu bertingkah laku karena adanya
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini bersifat esensial bagi
kelangsungan kehidupan individu itu sendiri. Jika individu berhasil memenuhi
kepentingannya, maka mereka akan merasa puas dan sebaliknya bila gagal akan
menimbulkan masalah bagi diri sendiri maupun bagi lingkungannya.
Individu yang berpegang pada
prinsipnya saat bertingkah laku, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu
tersebut dalam masyarakat merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan
tersebut. Oleh karena itu, individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang
yang sama persis dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohaninya.
Dengan itu, maka akan muncul perbedaan kepentingan pada setiap individu,
seperti:
1.Kepentingan individu untuk
memperoleh kasih sayang.
2.Kepentingan individu untuk
memperoleh harga diri.
3.Kepentingan individu untuk
memperoleh penghargaan yang sama.
4.Kepentingan individu untuk
memperoleh prestasi dan posisi.
5.Kepentingan individu untuk
dibutuhkan orang lain.
6.Kepentingan individu untuk
memperoleh kedudukan didalam kelomponya.
7.Kepentingan individu untuk
memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
8.Kepentingan individu untuk
memperoleh kemerdekaan diri.
Dalam hal diatas menunjukkan
ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang akhirnya akan
melahirkan suatu konflik. Hal mendasar yang dapat menimbulkan suatu konflik
adalah jarak yang terlalu besar antara harapan dengan kenyataan pelaksanaan.
Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik
tetapi ada beberapa fase, yaitu Fase Disorganisasi dan Fase
C. Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka dan diskriminasi dua hal yang ada relevansinya.
Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuhan, perkembangan, dan bahkan
integrasi masyarakat. Kerugian prasangka melalui hubungan pribadi dan akan
menjalar bahkan melembaga (turun-temurun). Jadi prasangka dasarnya pribadi dan
dimiliki bersama. Perbedaan terpokok antara prasangka dan diskriminatif
adalah prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada
tindakan. Sikap adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau
negatif terhadap orang, obyek atau situasi.
Dalam konteks realitas, prasangka diartikan: “Suatu sikap
terhadap anggota kelompok etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat
tanpa suatu induksi. Diskriminatif merupakan tindakan yang realistis”. Dapat
disimpulkan bahwa prasangka itu muncul sebagai akibat kurangnya pengetahuan,
pengertian dan fakta kehidupan, adanya dominasi kepentingan golongan atau
pribadi, dan tidak menyadari atau insyaf akan kerugian yang bakal terjadi.
Tingkat prasangka itu menumbuhkan jarak sosial tertentu di antara anggota
sendiri dengan anggota kelompok luar.
Sebab-sebab terjadinya prasangka:
1.
Pendekatan
Historis
Pendekatan ini berdasarkan teori pertentangan
kelas, menyalahkan kelas rendah di mana mereka yang tergolong kelas atas
mempunyai alasan untuk berprasangka terhadap kelas rendah
2.
Pendekatan
Sosiokultural dan Situasional
a.
Mobilitas
sosial: gerak perpindahan dari strata satu ke strata sosial lainnya. Artinya
kelompok orang yang mengalami penurunan status akan terus mencari alasan mengenai
nasib buruknya.
b.
Konflik antara
kelompok: prasangka sebagai realitas dari dua kelompok yang bersaing.
c.
Stagma
perkantoran: ketidakamanan atau ketidakpastian di kota disebabkan oleh “noda”
yang dilakukan oleh kelompok tertentu.
d.
Sosialisasi:
prasangka muncul sebagai hasil dari proses pendidikan, melalui proses
sosialisasi mulai kecil hingga dewasa.
3.
Pendekatan
Kepribadian
Teori ini menekankan pada faktor kepribadian
sebagai penyebab prasangka, disebut dengan frustasi agresi. Menurut teori ini
keadaan frustasi merupakan kondisi yang cukup untuk timbulnya tingkah laku
agresif.
4.
Pendekatan
Fenomenologis
Pendekatan ini ditekankan pada bagian individu
memandang atau mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang
menyebabkan prasangka.
5.
Pendekatan
Naïve
Bahwa prasangka lebih menyoroti obyek prasangka
tidak menyoroti individu yang berprasangka.
Prasangka bisa diartikan sebagai
suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa berdasarkan generalisasi yang terlampau
cepat, sifat berat sebelah dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu
menyederhanakan terhadap suatu realita). Sikap berprasangka jelas tidak adil,
sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang di
dengar.
D. Etnhosentrisme Stereotype
Ethnosentrisme yaitu sikap untuk menilai unsur-unsur
kebudayaan orang lain dengan mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri.
Sikap ini dianggap bahwa kebudayaan dirinya lebih unggul dari kebudayaan
lainnya.
Stereotype yaitu gambaran dan ajakan ejek. Stereotype
diartikan sebagai tanggapan mengenai sifat-sifat dan waktu pribadi orang atau
golongan lain yang bercorak negatif sebagai akibat tidak lengkapnya informasi
dan sifatnya yang subyektif
E. Konflik dalam Masyarakat
Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan
emosi-emosi tertentu yang sering dihubungkan dengannya, misal kebencian atau
permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu
individu sampai kepada lingkup yang luas, yakni masyarakat:
1. Pada
taraf di dalam diri seseorang, konflik menunjuk pada adanya pertentangan atau
emosi-emosi dan dorongan-dorongan antagonistic di dalam diri seseorang.
2. Pada
taraf kelompok, konflik-konflik ditimbulkan dari konflik-konflik yang terjadi
dalam diri individu dari perbedaan-perbedaan anggota kelompok dalam tujuan,
nilai, norma serta minat untuk menjadi anggota kelompok.
3. Pada
taraf masyarakat, konflik bersumber pada perbedaan nilai dan norma kelompok
dengan nilai dan norma kelompok lain.
Tipe konflik ini timbul dari proses-proses yang tidak
rasional dan emosional dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Upaya untuk
memecahkan konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan suatu
kelompok, namun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas
konflik pada berbagai tahap perkembangan kelompok. Adapun cara-cara pemecahan
konflik sebagai berikut:
1. Elimination:
Pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik.
2. Subjugation
atau Domination: Orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.
3. Majority
Rule: Suara terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan,
tanpa mempertimbangkan argumentasi.
4. Minority
Consent: Kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa
dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan
bersama.
5. Compromise
(Kompromi): Kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik,
berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah.
6. Integration:
Pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah
kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
Usaha-usaha untuk menghindari perbedaan-perbedaan dan untuk
memendam konflik-konflik, tidak pernah berhasil dalam waktu yang lama.
Kesatupaduan di dalam perbedaan-perbedaan merupakan suatu nilai yang menghargai
perbedaan, yang menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut untuk memperkuat kelompok.
F. Integrasi Masyarakat dan Nasional
Integrasi masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari
seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga, dan
masyarakat secara keseluruhan Integrasi masyarakat akan terwujud apabila
mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam masyarakat, sehingga tidak
terjadi konflik.
Dalam memahami integrasi masyarakat, kita juga mengenal
integrasi nasional, yaitu organisasi-organisasi formal yang melalui mana
masyarakat menjalankan keputusan-keputusan yang berwenang. Untuk terciptanya
integrasi nasional, perlu adanya suatu jiwa, asas spiritual, solidaritas yang
besar. Perlu dicari bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik
sebagai akibat dari prasangka, yaitu melalui 4 sistem:
1.
Sistem budaya seperti nilai-nilai
Pancasila dan UUD 45.
2.
Sistem sosial seperti
kolektiva-kolektiva sosial dalam segala bidang.
3.
Sistem kepribadian yang terwujud
sebagai pola-pola penglihatan, perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola
keindonesiaan.
4. Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan
atas persamaan ras.
Untuk mengurangi prasangka ke-4 sistem itu harus dibina,
dikembangkan dan memperkuatnya sehingga perwujudan nasion Indonesia tercapai.
Referensi
:
0 komentar:
Posting Komentar